Summary: |
Daun yang digunakan untuk pembuatan minyak kayu putih hanya daun
kayu putih yang berusia kurang dari tiga hari setelah pemetikan (segar). Daun
kayu putih yang sudah lebih dari tiga hari sejak pemetikan (layu) tidak digunakan
untuk didestilasi menjadi minyak kayu putih. Hal tersebut merugikan karena daun
kayu putih masih memiliki kandungan minyak sebelum daun tersebut mengering.
Selain itu daun kayu putih yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih
masih berukuruan besar, akibatnya proses perpindahan panasnya lebih lama. Oleh
karena itu daun tanaman kayu putih perlu perlakuan khusus sebelum dilakukan
penyulingan contohnya dirajang dahulu. Agar waktu yang dibutuhkan untuk
penyulingan dapat lebih cepat dan minyak dari daun kayu putih lebih mudah
untuk menguap. Perlu dilakukan penelitian yang menguji perbedaan daun kayu
putih yang masih segar dan daun kayu putih yang sudah layu dengan perlakuan
bahan baku (perajangan) terhadap waktu dan hasil produksi minyak kayu putih
menggunakan proses destilasi.
Daun kayu putih yang digunakan sebanyak 8 kg dimasukkan ke dalam
ketel suling (retort) setelah temperatur air mencapai 70
o
C. Pengambilan data
dilakukan ketika campuran air dan minyak kayu putih menetes dari kondensor,
pengambilan data berupa hasil minyak kayu putih yang dihasilkan, temperatur
fluida pendingin, temperatur fluida panas dan waktu yang ditempuh sampai
minyak kayu putih tidak menetes lagi.
Dari hasil pengujian diketahui jika daun segar tanpa perajangan
menghasilkan 4,64 % minyak kayu putih dan membutuhkan waktu destilasi 153,3
menit, daun segar dengan perajangan menghasilkan 4,35 % minyak kayu putih
dan membutuhkan waktu destilasi 138 menit. Sedangkan daun layu tanpa
perajangan menghasilkan 4,86 % minyak kayu putih dan membutuhkan waktu
destilasi 163,7 menit dan daun layu tanpa perajangan menghasilkan 4,39 %
minyak kayu putih dan membutuhkan waktu destilasi 138,7 menit.
|