Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.

Kecerdasan emotional (emotional intelegence) berbeda dengan kecerdsan intelektual (intelegent). Penelitian tentang kecerdasan intelektual telah berumur seratus tahun dan dilakukan terhadap ratusan ribu orang, sedangkan kecerdasan emosional merupakan konsepbaru yang sampai sekarang belum ada yang dap...

Full description

Main Author: Fathi Hidayati
Format: Skripsi S1
Language: Bahasa Indonesia
Published: PAI 14 UMY 056 2014
Subjects:
Online Access: http://oaipmh-jogjalib.umy.ac.idkatalog.php?opo=lihatDetilKatalog&id=46445
PINJAM
id oai:lib.umy.ac.id:46445
recordtype oai_dc
spelling oai:lib.umy.ac.id:464452021-06-16T13:05:27ZPeran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.Fathi HidayatiKecerdasan emosional Pendidikan agama islamKecerdasan emotional (emotional intelegence) berbeda dengan kecerdsan intelektual (intelegent). Penelitian tentang kecerdasan intelektual telah berumur seratus tahun dan dilakukan terhadap ratusan ribu orang, sedangkan kecerdasan emosional merupakan konsepbaru yang sampai sekarang belum ada yang dapat mengemukakan secara tepat sejauh mana variasi yang ditimbulkannya dalam perjalanan hidup seseorang. Akan tetapi data yang ada mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional dapat sama ampuhnya bahkan terkadang lebih ampuh dari kecerdasan intelektual. Sedangkan 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain termasuk diantaranya kecerdasan emosional. Mengenai kecerdasan intelektual yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual tidak dapat banyak diubah oleh pengalaman dan pendidikan kecerdasan intelektual cendeung bawaan sehingga kita tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkanya. Sementara itu kecerdasan emosional dapat dilatih, dipelajari dan dikembangkan pada masa kanak-kanak, sehingga masih ada peluang untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkanya untuk memberikan sumbangan bagi sukses hidup seseorang. Konsep kecerdasan emosional memang masih relatif baru oleh karena itu belum dikenal sebagaimana kita mengenal hebatnya kecerdasan intelektual, juga belum banyak dikembangkan oleh dunia pendidikan. Sehingga konsep-konsep dan praktik pendidikan yang berlangsung masih cenderung mengedepankan kecerdasan intelektual. Stigma anak cerdas diberikan kepada mereka yang memiliki nilai rapor tinggi, rangking 10 besar dikelas ataupun nilai UAN yang tinggi. Walaupun disatu sisi dikelas mereka termasuk anak yang mau menang sendiri, tidak dapat bergaul dengan teman ataupun suka menyendiri. Tidak ada label cerdas bagi anak yang suka bergaul, perhatian dengan teman dan suka menolong tetapi memiliki angka rapor yang rendah padahal untuk mencapai keberhasilan hidup tidak cukup hanya dengan bekal cerdas secara intelektual tetapi rendah dalam kecerdasan emosional. Dapat disimpulkan bahwa: Peran guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa SD Muhammadiyah Bogor terdiri dari tiga bagian, yaitu ketika guru sebagai motivator, peran yang diutamakan adalah memeperjelas dalam pembelajaran, membangitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan, memberikan pujian terhadap keberhasilan siswa, menilai secara obyektif, dan menciptakan persainagan dan kerja sama adapun strategi guru dalam memotivasi adalah menciptakan iklim belajar yang terbuka dan positif. PAI 14 UMY 0562014Skripsi S160 halSKR FAI 56Bahasa Indonesiahttp://oaipmh-jogjalib.umy.ac.idkatalog.php?opo=lihatDetilKatalog&id=46445
institution Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
collection Perpustakaan Yogyakarta
language Bahasa Indonesia
topic Kecerdasan emosional Pendidikan agama islam
spellingShingle Kecerdasan emosional Pendidikan agama islam
Fathi Hidayati
Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.
description Kecerdasan emotional (emotional intelegence) berbeda dengan kecerdsan intelektual (intelegent). Penelitian tentang kecerdasan intelektual telah berumur seratus tahun dan dilakukan terhadap ratusan ribu orang, sedangkan kecerdasan emosional merupakan konsepbaru yang sampai sekarang belum ada yang dapat mengemukakan secara tepat sejauh mana variasi yang ditimbulkannya dalam perjalanan hidup seseorang. Akan tetapi data yang ada mengisyaratkan bahwa kecerdasan emosional dapat sama ampuhnya bahkan terkadang lebih ampuh dari kecerdasan intelektual. Sedangkan 80% diisi oleh kekuatan-kekuatan lain termasuk diantaranya kecerdasan emosional. Mengenai kecerdasan intelektual yang menyatakan bahwa kecerdasan intelektual tidak dapat banyak diubah oleh pengalaman dan pendidikan kecerdasan intelektual cendeung bawaan sehingga kita tidak dapat berbuat banyak untuk meningkatkanya. Sementara itu kecerdasan emosional dapat dilatih, dipelajari dan dikembangkan pada masa kanak-kanak, sehingga masih ada peluang untuk menumbuh kembangkan dan meningkatkanya untuk memberikan sumbangan bagi sukses hidup seseorang. Konsep kecerdasan emosional memang masih relatif baru oleh karena itu belum dikenal sebagaimana kita mengenal hebatnya kecerdasan intelektual, juga belum banyak dikembangkan oleh dunia pendidikan. Sehingga konsep-konsep dan praktik pendidikan yang berlangsung masih cenderung mengedepankan kecerdasan intelektual. Stigma anak cerdas diberikan kepada mereka yang memiliki nilai rapor tinggi, rangking 10 besar dikelas ataupun nilai UAN yang tinggi. Walaupun disatu sisi dikelas mereka termasuk anak yang mau menang sendiri, tidak dapat bergaul dengan teman ataupun suka menyendiri. Tidak ada label cerdas bagi anak yang suka bergaul, perhatian dengan teman dan suka menolong tetapi memiliki angka rapor yang rendah padahal untuk mencapai keberhasilan hidup tidak cukup hanya dengan bekal cerdas secara intelektual tetapi rendah dalam kecerdasan emosional. Dapat disimpulkan bahwa: Peran guru dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa SD Muhammadiyah Bogor terdiri dari tiga bagian, yaitu ketika guru sebagai motivator, peran yang diutamakan adalah memeperjelas dalam pembelajaran, membangitkan minat siswa, menciptakan suasana yang menyenangkan, memberikan pujian terhadap keberhasilan siswa, menilai secara obyektif, dan menciptakan persainagan dan kerja sama adapun strategi guru dalam memotivasi adalah menciptakan iklim belajar yang terbuka dan positif.
format Skripsi S1
author Fathi Hidayati
author_sort Fathi Hidayati
title Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.
title_short Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.
title_full Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.
title_fullStr Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.
title_full_unstemmed Peran guru dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak Di SD Muhammadiyah Bogor Playen Gunungkidul.
title_sort peran guru dalam pelaksanaan pendidikan agama islam untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak di sd muhammadiyah bogor playen gunungkidul.
physical 60 hal
publisher PAI 14 UMY 056
publishDate 2014
url http://oaipmh-jogjalib.umy.ac.idkatalog.php?opo=lihatDetilKatalog&id=46445
isbn SKR FAI 56
_version_ 1702747466631217152
score 14.79448