Summary: |
*57 Gunung Merapi merupakan salah satu gunung teraktif di dunia. Gunung Merapi mengalami erupsi pada tahun 2010, yang mengakibatkan daerah – daerah di sekitar lereng Gunung Merapi mengalami kerugian besar. Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta merupakan wilayah terparah di Yogyakarta yang mengalami dampak erupsi Gunung Merapi tahun 2010. Ancaman kerusakan lingkungan dan lahan memunculkan potensi kerawanan pangan di Desa Kepuharjo dan dapat menyebabkan desa tersebut memiliki ketergantungan pasokan pangan dari kawasan lain (Gunawan Budiyanto, 2014). Jagung merupakan tanaman lokal yang sering dibudidayakan di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pemerintah Kabupaten Sleman (2012) menyatakan bahwa terjadi penurunan produksi hasil dari tanaman jagung yang yang terdapat di Kabupaten Sleman. Hal ini dikarenakan salah satu sentra lahan tanaman jagung di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terkena erupsi Gunung Merapi 2010. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menentukan zonasi kawasan terpapar erupsi Gunung Merapi 2010 sebagai dasar penentuan kesesuaian lahan untuk tanaman jagung dan upaya perbaikannya untuk meningkatkan produktivitas tanaman Jagung sebagai sumber pangan lokal di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survei dengan teknis pelaksanaan melalui observasi dengan menentukan lokasi observasi kemudian menentukan titik sampel dengan mengacu pada peta kelerengan Kabupaten Sleman,Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan survey lapangan dan pengamatan laboratorium. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan sesuai dengan ketentuan Food and Agriculture Organisation (FAO). Menurut FAO, terdapat 4 subkelas kesesesuaian lahan aktual yaitu S3-wrp, S3-wp, S3w dan N2-r, dengan faktor pembatas yaitu kualitas lahan ketersedian air (w) berupa curah hujan yang dapat diperbaiki dengan pengaturan waktu tanam, dengan penambahan bahan organik dan memilih benih yang toleran terhadap kekeringan. Kualitas lahan media perakaran (r) kedalaman efektif dengan membuat guludan dan tekstur tanah yang tidak dapat diperbaiki serta kualitas lahan penyiapan lahan (p) seperti faktor pembatas kemiringan lahan dan batuan permukaan diperbaiki dengan membuat lahan terasering dan pembersihan secara manual. Sehingga, didapatkan kesesuaian lahan potensial yaitu S3-wr, S3-w dan N2-r.
|