MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI DI KAWASAN PANTAI SELATAN
*342 Abrasi merupakan proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh erosi arus dan hantaman gelombang laut dan/atau pasang surut laut yang bersifat merusak di sekitarnya. Kejadian tersebut bukan hanya menggangu perekonomian masyarakat setempat namun berkurangnya pendapatan negara terutama Kabupaten...
Main Author: | M. Sohibul Darajah |
---|---|
Format: | Skripsi S1 |
Language: | Bahasa Indonesia |
Published: |
IlKom 15 UMY 342
2015
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://oaipmh-jogjalib.umy.ac.idkatalog.php?opo=lihatDetilKatalog&id=63268 |
id |
oai:lib.umy.ac.id:63268 |
---|---|
recordtype |
oai_dc |
spelling |
oai:lib.umy.ac.id:632682021-06-16T13:07:56ZMANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI DI KAWASAN PANTAI SELATANM. Sohibul Darajah*342 MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI DI KAWASAN PANTAI SELATAN*342 Abrasi merupakan proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh erosi arus dan hantaman gelombang laut dan/atau pasang surut laut yang bersifat merusak di sekitarnya. Kejadian tersebut bukan hanya menggangu perekonomian masyarakat setempat namun berkurangnya pendapatan negara terutama Kabupaten Bantul di bidang pariwisata. BPBD Kabupaten Bantul menyatakan tingkat abrasi di sepanjang pantai Bantul tergolong tinggi. Selama 6 tahun terakhir ini mencapai 100 meter di sejumlah titik pantai. Setiap tahun Bantul kehilangan 2 meter daratan. (BPBD) Kabupaten Bantul melaporkan gelombang tinggi di Pantai Samas menyebabkan 15 kepala keluarga (KK) dengan total sekitar 75 jiwa. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana manajemen komunikasi bencana yang diterapkan oleh BPBD Kabupaten Bantul guna mengurangi resiko bancana abrasi di kawasan Pantai Selatan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Penelitian ini dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi pustaka . Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menegaskan bahwa Manajemen Komunikasi Bencana yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul tergolong baik, mengingat BPDB Kab. Bantul dapat membantu menanggulangi bencana yang terjadi dan meminimalisir korban dalam bencana. Walaupun pada kenyataannya didalam keberhasilan tersebut terdapat faktor pendukung oleh media komunikasi yang digunakan, yaitu media sosial, koordinasi yang baik dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait, kesadaran masyarakat tentang bahaya bencarna, dan anggaran bencana yang datang dari berbagai pihak. Sedangkan faktor penghambat nya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya abrasi, disamping terdapat faktor lain seperti bangunan yang menempati lokasi bahaya, koordinasi yang kurang baik, dan bangunan yang tidak kokoh.IlKom 15 UMY 3422015Skripsi S188 halSKR FISIP 342Bahasa Indonesiahttp://oaipmh-jogjalib.umy.ac.idkatalog.php?opo=lihatDetilKatalog&id=63268 |
institution |
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta |
collection |
Perpustakaan Yogyakarta |
language |
Bahasa Indonesia |
topic |
*342 MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI DI KAWASAN PANTAI SELATAN |
spellingShingle |
*342 MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI DI KAWASAN PANTAI SELATAN M. Sohibul Darajah MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI DI KAWASAN PANTAI SELATAN |
description |
*342 Abrasi merupakan proses pengikisan pantai yang disebabkan oleh erosi arus dan hantaman gelombang laut dan/atau pasang surut laut yang bersifat merusak di sekitarnya. Kejadian tersebut bukan hanya menggangu perekonomian masyarakat setempat namun berkurangnya pendapatan negara terutama Kabupaten Bantul di bidang pariwisata. BPBD Kabupaten Bantul menyatakan tingkat abrasi di sepanjang pantai Bantul tergolong tinggi. Selama 6 tahun terakhir ini mencapai 100 meter di sejumlah titik pantai. Setiap tahun Bantul kehilangan 2 meter daratan. (BPBD) Kabupaten Bantul melaporkan gelombang tinggi di Pantai Samas menyebabkan 15 kepala keluarga (KK) dengan total sekitar 75 jiwa. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana manajemen komunikasi bencana yang diterapkan oleh BPBD Kabupaten Bantul guna mengurangi resiko bancana abrasi di kawasan Pantai Selatan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud membuat pemeriaan (penyandaran) secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu. Penelitian ini dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam dan studi pustaka .
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan menegaskan bahwa Manajemen Komunikasi Bencana yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul tergolong baik, mengingat BPDB Kab. Bantul dapat membantu menanggulangi bencana yang terjadi dan meminimalisir korban dalam bencana. Walaupun pada kenyataannya didalam keberhasilan tersebut terdapat faktor pendukung oleh media komunikasi yang digunakan, yaitu media sosial, koordinasi yang baik dengan masyarakat dan pihak-pihak terkait, kesadaran masyarakat tentang bahaya bencarna, dan anggaran bencana yang datang dari berbagai pihak. Sedangkan faktor penghambat nya adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan bahaya abrasi, disamping terdapat faktor lain seperti bangunan yang menempati lokasi bahaya, koordinasi yang kurang baik, dan bangunan yang tidak kokoh. |
format |
Skripsi S1 |
author |
M. Sohibul Darajah |
author_sort |
M. Sohibul Darajah |
title |
MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM
MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI
DI KAWASAN PANTAI SELATAN |
title_short |
MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM
MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI
DI KAWASAN PANTAI SELATAN |
title_full |
MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM
MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI
DI KAWASAN PANTAI SELATAN |
title_fullStr |
MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM
MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI
DI KAWASAN PANTAI SELATAN |
title_full_unstemmed |
MANAJEMEN KOMUNIKASI BENCANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH (BPBD) KABUPATEN BANTUL DALAM
MENGURANGI RISIKO BENCANA ABRASI
DI KAWASAN PANTAI SELATAN |
title_sort |
manajemen komunikasi bencana badan penanggulangan bencana daerah (bpbd) kabupaten bantul dalam
mengurangi risiko bencana abrasi
di kawasan pantai selatan |
physical |
88 hal |
publisher |
IlKom 15 UMY 342 |
publishDate |
2015 |
url |
http://oaipmh-jogjalib.umy.ac.idkatalog.php?opo=lihatDetilKatalog&id=63268 |
isbn |
SKR FISIP 342 |
_version_ |
1702750931182944256 |
score |
14.79448 |