Summary: |
Dalam perencanaan suatu ruang diperlukan pengertian terhadap bising (noise) yang mungkin
terjadi pada suatu ruang tertutup. Salah satu kebisingan yang sering terjadi adalah dengung.
Dengung oleh suara frekuensi rendah dapat menyebabkan terjadinya penyelubungan pada
semua jangkauan frekuensi. Karena itu peredaman bising pada frekuensi rendah merupakan
faktor penting dalam perencanaan ruang. Bentuk peredam bunyi yang efektif pada frekuensi
rendah adalah menggunakan disain resonator Helmholtz. Dimensi sekat rongga resonator dan
diameter lubang leher resonator merupakan variabel penting dalam mendisain resonator
Helmholtz. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi sekat rongga resonator
dan diameter leher resonator terhadap serapan bising sel akustk.
Resonator Helmholtz yang didisain menggunakan kayu olahan (engineering wood) yaitu
papan partikel sebagai bahan dasarnya. Sekat rongga resonator didisain berbentuk persegi
empat dengan lebar sisi 20x20 dan 50x50 mm. Sedangkan ketinggian sekat rongga resonator
yang didisain adalah 10, 20, dan 30 mm. Variabel lain yang digunakan adalah diameter leher
resonator 4 dan 10 mm. Penambahan acoustic fill pada rongga resonator dari bahan serat
alam yaitu agave, kapas, dan sabut kelapa. Pengujian serapan bising resonator dilakukan
dengan menggunakan tabung impedansi satu mikropon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien Serapan Bising (NAC) kayu olahan memiliki
hasil yang optimal pada rentang frekuensi rendah. Peningkatan NAC dapat diperoleh dengan
cara mendisain resonator Helmholtz. Nilai NAC yang tinggi (sampai dengan 0.90) diperoleh
pada frekuensi 700-800 Hz yaitu dengan mendisain Sel Akustik Kayu Olahan (SAKO) dengan
dimensi pxl 50 mm dan ketinggian sekat 30 mm dengan tambahan diameter leher resonator
sebesar 10 mm. Penambahan volume sekat rongga resonator dengan menambah tinggi
menyebabkan kenaikan harga NAC yang cukup signifikan pada frekuensi yang lebih rendah.
Penambahan besar diameter lubang leher resonator akan mengakibatkan harga NAC yang
tinggi pada frekuensi tertentu dan penambahan acoustic fill akan menyebabkan pergeseran
frekuensi ke arah frekuensi yang lebih rendah disertai peningkatan nilai NAC. Penambahan
acoustic fill yang paling baik yaitu dengan menggunakan serat sabut kelapa hal ini disebabkan
karena sabut kelapa memiliki nilai massa jenis terkecil yaitu 1,03 g/cm3 sehingga mampu
mereduksi bunyi secara optimal karena jumlah serat yang masuk ke dalam rongga semakin
banyak.
|