Summary: |
Artikel ini mendiskusikan bagaimana pesantren yang berlokasi di
daerah pedesaan mebiayai aktivitas-aktivitas dan melakukan programprogram
sosial dengan merevitalisasi skema filantropi Islam. Dengan
mengambil kasus di sebuah desa di Wilayah Kabupaten kulonrpogo
Yogyakarta, dimana sebuah pesantren kecil milik Muhammadiyah
berdiri sejak tahun 1930an, artikel ini menyatakan bahwa kemampuan
pesantren dalam melibatkan masyarakat setempat di mana pesantren
itu berada dalam kegiatan-kegiatan sosial keagamaan menjadi salah
satu peneybab mengapa pesantren inimasih bisa bertahan hingga kini.
Tidak seperti pesantren-pesantren lainnya, terutama yang berada di
daerah perkotaan, pesantren darul ulum berfungsi sebagai sebuah
lembaga pendidikan yag menyediakan kesempatan kepada para santri
yang berasal dari kalangan tidak mampu, termasuk yatim piatu untuk
mendapatkan akses pembelajaran. Artikel ini merumuskan dalam
konteks seperti apakah sebuah pesantren kecil di pedesaan dapat
menyelesaikan kendala finasialnya, bagaimana dukungan masayrakat
dan tradisi memberi dapat, atau tidak dapat, menjadi penyangga
aktivitas sosial dan keagamaan pesantren, dan tantangan seperti
apakah yang dihadapi pesantren dalam meningkatkan kapsitas
institutinya?
|