Summary: |
Latar Belakang : Pada tahun 2014 pemerintah mulai mengoperasikan program jaminan kesehatan dengan pola pembayaran pada fasilitas tingkat lanjut berdasarkan INA-CBG’s (Indonesian Case Based Group). Penerapan sistem tersebut menuntut rumah sakit melakukan perhitungan tarif pelayanan yang tepat. Salah satu penyakit yang membutuhkan penghitungan biaya dengan tepat adalah fibro adenoma mammae (FAM) karena diperkirakan jumlahnya akan terus mengalami peningkatan. Perhitungan biaya yang dapat digunakan adalah Activity Based Costing (ABC). Metode ini dapat mengukur secara cermat biaya yang keluar dari setiap aktivitas, meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta masih menggunakan metode tradisional dalam menghitung unit cost sebagai dasar penentuan tarif, sehingga hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan unit cost rumah sakit dan juga dapat mengetahui perbedaan perhitungan unit cost antara rumah sakit, metode ABC dengan tarif INA-CBG’s.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan deskriptif kuantitatif. Rancangan penelitian bersifat observasi retrospektif. Penelitian dibatasi pada kasus pasien BPJS kelas III dan tanpa disertai komplikasi RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Hasil penelitian :Unit cost eksisi FAM di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang dihitung dengan metode activity based costing adalah sebesar Rp 4,704,877. Perbedaan dengan perhitungan rumah sakit sebesar Rp 273,457 lebih besar, sedangkan perbedaan dengan tarif INA-CBG’s Rp 679,471 lebih kecil.
Kesimpulan : Unit cost pelayanan eksisi FAM metode ABC masih dibawah tarif INA-CBG’s, tetapi lebih tinggi dibanding dengan perhitungan unit cost RS PKU Muhammadiyah. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen guna perhitungan unit cost yang lebih akurat sebagai dasar penetapan tarif pelayanan eksisi FAM
|