Summary: |
Irigasi merupakan
komponen penting dalam program intensifikasi pertanian untuk meningkatkan
produktivitas tanaman, khususnya pada usahatani tanaman padi. Irigasi dalam
pelaksanaannya membutuhkan biaya pengelolaan dan perawatan, sehingga dapat
terjaga kelestariannya secara berkelanjutan. Agar tidak memberatkan ekonomi petani,
maka hal tersebut perlu diatur berdasarkan nilai kesediaan yang sanggup dikeluarkan
petani atau Willingness To Pay (WTP) petani. Survei dilakukan terhadap 60 orang
responden, yaitu 30 petani daerah hulu dan 30 petani daerah hilir. Data dikumpulkan
melalui metode kuisioner dan wawancara, yang selanjutnya dianalisis menggunakan
uji proporsi, two tailed t-test, regresi linear berganda, dan deskriptif analisis. Hasil
penelitian menunjukkan keadaan layanan irigasi berada dalam kategori baik dan
terdapat perbedaan kualitas air irigasi di kedua daerah. WTP petani untuk pengelolaan
dan perawatan irigasi sebagian besar berada pada rentang Rp10.000-20.000,- dengan
rata-rata sebesar Rp17.500,- di daerah hulu dan Rp11.167,- di daerah hilir per musim
tanam. Secara parsial WTP dipengaruhi signifikan oleh jumlah anggota keluarga, luas
lahan garapan, kualitas air irigasi, keadaan layanan irigasi, dan lokasi. Keadaan
layanan irigasi lebih baik di daerah hilir dibandingkan daerah hulu, sedangkan
kualitas air irigasi lebih baik di daerah hulu dibandingkan daerah hilir. Saluran irigasi
di daerah hilir melintasi banyak kegiatan masyarakat dan industri, sehingga kualitas
air cenderung lebih buruk dibandingkan daerah hilir. Ada sebagian kecil petani di
daerah hilir yang tidak bersedia mengeluarkan iuran untuk pengelolaan dan
perawatan irigasi. Mereka berpendapat air sudah tersedia di alam sebagai pemberian
Tuhan.
Kata kunci: valuasi, irigasi, usahatani padi, willingness to pay (WTP) petani
|