| Summary: |
Angka kesakitan DBD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menduduki posisi tertinggi kelima pada tahun 2013. Kecamatan Depok, Sleman, DIY merupakan daerah endemik dan Kecamatan Moyudan , Sleman, DIY merupakan daerah sporadik. Perbedaan angka kejadian DBD ini kemungkinan disebabkan oleh banyak faktor sosial ekonomi. Adanya latar belakang permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk mengetahui apakah faktor sosial ekonomi, sikap dan perilaku berpengaruh terhadap angka bebas jentik (ABJ) sebagai indikator keberhasilan program pencegahan DBD.
Desain penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan rancangan studi cross-sectional. Subjek penelitian adalah warga di Kelurahan Caturtunggal, Kecamatan Depok, Sleman, DIY sebanyak 124 subjek dan warga di Kelurahan Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Sleman, DIY sebanyak 120 subjek. Sampel penelitian diambil dengan metode purposive sampling dilanjutkan dengan metode quota sampling. Data dikumpulkan dengan cara kuesioner dan menghitung angka bebas jentik setiap rumah secara langsung. Kuesioner yang digunakan diuji validitas dan reliabilitasnya kemudian dianalisis menggunakan analisis Koefisien Kontangensi dan Spearman.
Analisis data menunjukkan terdapat hubungan antara pekerjaan suami (p=0,000), pekerjaan istri (p=0,006), sikap dan perilaku (p=0,000) dengan angka bebas jentik di kedua kecamatan. Sedangkan untuk masing-masing kecamatan hanya pekerjaan suami (p=0,000), sikap dan perilaku (p=0,000) yang berhubungan dengan angka bebas jentik.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pekerjaan suami, pekerjaan istri, sikap dan perilaku dengan angka bebas jentik di kelurahan Caturtunggal, kecamatan Depok dan kelurahan Sumbersari, kecamatan Moyudan.
|