Summary: |
Gigi yang telah selesai dirawat menggunakan alat ortodontik
memiliki kecenderungan untuk kembali ke posisi awal. Hal inilah yang disebut
dengan relaps atau kembalinya posisi gigi ke bentuk awal maloklusi. Penelitian di
Eropa menunjukan bahwa prevalensi relaps masih tinggi. Banyak faktor yang
mempengaruhi terjadinya relaps. Di Indonesia, penelitian mengenai relaps masih
jarang dilakukan. Pengukuran relaps dapat dilakukan dengan menggunakan IOTN
(Indeks Ortodontik Treatment Need).
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi
terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat menggunakan
IOTN.
Bahan dan Cara: Penelitian ini menggunakan 24 sampel setelah lepas braket dan
saat ini yang memenuhi kriteria inklusi. Penilaian menggunakan Indeks Ortodontik
Treatment Need yang terdiri dari dua komponen, yaitu Aesthetic Component dan
Dental Health Component. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis data diskriptif dengan uji Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas dan
homogenitas data dan uji Wilcoxon digunakan untuk menguji perbedaan data
berpasangan pada sebaran data tidak normal.
Hasil Penelitian: Hasil analisis Wilcoxon pada pengukuran AC dan DHC
menunjukkan nilai p<0,005 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan dari
skor setelah lepas braket dengan saat ini.
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara skor AC
dan DHC setelah lepas braket dan saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat.
Kata kunci: relaps, retensi, IOTN, alat ortodontik cekat
|