Summary: |
Latar Belakang: Seseorang yang dirawat di pelayanan kesehatan sering mengalami kondisi yang tertekan atau mungkin respons koping yang maladaftif, dan perawatperawat yang bekerja ditatanan klinis seperti Unit Gawat Darurat, Unit Perawatan Intensif dan Pusat Trauma sering berhadapan dengan klien yang menunjukkan perilaku marah dan agresif yang dapat mencederai diri sendiri, klien lain dan juga pemberi pelayanan kesehatan. Dengan demikan sangat penting perawat kesehatan jiwa dapat memberikan asuhan keperawatan secara efektif pada fase sebelum, selama, dan setelah melakukan perilaku agresif.
Tujuan : Membandingkan asuhan keperawatan pada dua kasus pasien risiko
perilaku kekerasan dengan kondisi krisis di RSJ Grhasia DIY
Metode: Studi kasus observasional. Subjek penelitian ini adalah pasien skizofrenia yang mengalami resiko perilaku kekerasan pada orang lain di Unit Rawat Intensif Wisma Arimbi RSJ Grhasia DI Yogyakarta.
Hasil : Pada kedua kasus diagnosa keperawatan utama yang muncul adalah risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain. Intervensi keperawatan NOC yaitu pengekangan diri terhadap perilaku kekerasan, NIC yaitu bantuan kontrol marah. Implementasi yang diberikan adalah membina hubungan saling percaya, tentukan perilaku yang tepat dalam mengekspresikan kemarahan. Pada kasus 1 terdapat pengulangan fiksasi sebanyak 2 kali. Pada kasus 2 pasien tidak difiksasi akan tetapi diisolasi beberapa waktu.
Simpulan: Evaluasi yang didapat pada kasus I dan kasus II dengan masalah
keperawatan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain teratasi sebagian, rencana selanjutnya pada kasus 1 adalah mengajarkan kontrol marah dengan nafas dalam dan kasus 2 melanjutkan perawatan di unit rawat tenang.
Saran: Perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan secara konfrehensif.
|